Sekolah tidak boleh dibuka secara terburu-buru untuk memastikan keselamatan siswa dan guru

Demi Keselamatan Siswa dan Guru Sekolah Tidak Boleh Dibuka Secara Terburu-buru

Sekolah tidak boleh dibuka secara terburu-buru untuk memastikan keselamatan siswa dan guru. Suzy sangat marah ketika mendengar berita bahwa pemerintah pusat akan membuka kembali sekolah. Wanita berusia 44 tahun ini khawatir anak-anaknya yang duduk di bangku SD, SMP, dan SMA akan tertular COVID-19.

Pendapatnya tentang pembukaan sekolah di masa pandemi yang merupakan bagian dari new normal sederhana tapi bermanfaat: “Katanya soal ekonomi, lalu kantor saja yang dibuka, kenapa anak-anak harus disekolahkan juga?”

Watiek Ideo, ibu satu anak, juga khawatir. Ia menanyakan bagaimana memastikan siswa tidak berkelompok, menjaga jarak di sekolah atau selalu menggunakan masker. Ia juga prihatin tidak semua sekolah siap menyediakan fasilitas untuk mendukung protokol kesehatan. Dan memprioritaskan keselamatan siswa dan guru.

Watiek melangkah lebih jauh dan membuat petisi di change.org. Tuntutannya tegas: tunda pembukaan sekolah sampai pandemi benar-benar berakhir. Ia juga berharap pemerintah menjaga dan meningkatkan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

Sejak mulai dua hari lalu hingga naskah ini ditulis, petisi ini telah mendapat lebih dari 74.000 suara.

Pada 2 Mei, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, mengatakan sekolah-sekolah tersebut “mungkin dibuka sebagian dalam waktu dekat”. Sekolah pertama yang dibuka adalah sekolah dasar. “Setelah itu, mungkin akan dilanjutkan pada dibukanya kembali sekolah menengah pertama, lalu sekolah menengah atas, dll.”

Sekolah Tidak Boleh Dibuka Secara Terburu-buru untuk Memastikan Keselamatan Siswa dan Guru
Femina

Luhut tidak merincinya saat itu, tetapi pemerintah sebenarnya membahas opsi tersebut. Pada 9 Mei, Pj Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad mengatakan mereka akan meninjau pembukaan sekolah pada pertengahan Juli “di daerah yang dinyatakan aman sebelum COVID-19.”

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan “belum pernah memberikan kepastian” tentang kapan sekolah akan dibuka saat rapat kerja dengan Komisi X DPR RI Rabu lalu (20 Mei 2020).

Ia menegaskan, otoritas yang berwenang merupakan satgas percepatan penanganan Covid-19. “Keputusannya, kapan, dalam bentuk apa dan dengan cara apa, karena ini tentang faktor kesehatan, bukan hanya soal pendidikan, semuanya masih dalam satgas,” kata pendiri Gojek ini.

Sekolah Tidak Boleh Dibuka Secara Terburu-buru untuk Memastikan Keselamatan Siswa dan Guru
Suara.com

Sebaiknya Jangan Terburu-buru demi Keselamatan Siswa dan Guru

Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim mengatakan, keputusan membuka sekolah harus dipertimbangkan dengan matang dan berdasarkan berbagai data epidemiologi yang akurat.

“Keselamatan dan kesehatan para siswa dan para guru adalah prioritas utama bagi kami,” katanya. Hal ini penting karena berkaitan dengan negara lain seperti Finlandia, Prancis, dan Korea Selatan yang penyebarannya kembali terjadi setelah sekolah dibuka meski dengan Protokol kesehatan yang berlaku.

Keputusan ini juga sekaligus membutuhkan koordinasi yang solid antara pemerintah pusat, daerah, dan termasuk siapa saja yang berwenang untuk mengambil keputusan. Satriwan mencontohkan, Pemkot Bukittinggi telah menyatakan sekolah menengah akan dibuka pada Juli, bertentangan dengan pernyataan Menteri Nadiem. Menurutnya, pernyataan tersebut membingungkan masyarakat.

Oleh karena itu, Satriwan menyarankan untuk melanjutkan pembelajaran jarak jauh hingga semester berikutnya atau hingga Desember 2020.

Selain memperluas pembelajaran jarak jauh, pemerintah juga perlu mengevaluasi beberapa hal. Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan, berdasarkan survei yang mereka lakukan, mayoritas orang tua dan guru – -196.559 orang tua dan 18.112 guru – sebagian besar menyatakan tidak setuju karena khawatir akan terjadi mutasi. .

Bahkan, 9.643 siswa yang disurvei sebagian besar setuju bahwa sekolah akan dibuka dalam waktu dekat. “Mungkin mereka sudah bosan,” kata Retno.

Seperti Satriwan, Retno mengatakan pemerintah harus mengevaluasi pembelajaran jarak jauh. Dalam survei 13-27 April, KPAI menemukan bahwa 53,6 persen siswa tidak memiliki WiFi sehingga harus menggunakan kuota internet pribadi mereka dan 79,9 persen siswa menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh hanya berlangsung tanpa interaksi guru-murid – dan guru. Tetapkan dan kumpulkan tugas.

Terlalu banyak tugas yang ditetapkan, di sisi lain waktu yang dibutuhkan sangat sedikit.

Sekian ulasan dari clinik tentang Sekolah Tidak Boleh Dibuka Secara Terburu-buru untuk Memastikan Keselamatan Siswa dan Guru, semoga informasi ini dapat berguna untuk Anda. / Dy.

Sumber: tirto.id

Baca Juga: Review Museum Angkut Batu Malang Sebagai Wisata Otomotif Seru dan Edukatif

Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

eleven + eleven =